In
Opini,
Tentang BBM-an
Lagi banyak orang protes kenaikan harga bbm. Seolah-olah mereka vokal menyerukan suara rakyat. Suara kaum miskin, suara pedagang sayur pinggir jalan, suara supir angkutan, juga suara-suara lainnya. Kenaikan harga bbm dianggap momok bagi rakyat secara keseluruhan. Protes makin rame setelah ditambah berita “harga minyak dunia lagi turun”. Pemerintah disalahkan, presiden disalahkan, jokowi disalahkan, yang pilih jokowi juga disalahkan. Bahkan ada juga yang menyaahkan orang yg gatau apa2 atau bahkan mungkin ga berbuat apa2, dan parahnya lagi orang yang diem2 aja ga protes juga dialahkan. Kasian ya
Lemme explain you.
Menurut gue protes kenaikan bbm kali ini cuma ngerame2in aja, cuma biar keliatan vokal aja, buat nyalahin pemerintah aja, buat jelekin jokowi aja.
Gue perjelas dulu sebelum kita lanjut lebih jauh. Gue bukan jokowi fan-boy, bukan partisipan pdip, dan juga bukan pendukung partai-partai manapun.
Harga bbm kali ini naik karena subsidinya dikurangin. Karena ingin dialokasikan untuk program pembangunan lain. Pembangunan yang emang dijanjiin jokowi.
Kalo harga bbm naik saat harga minyak dunia turun ya kebetulan aja. Bisa aja nanti harga bbm kita turun dan kebetulan harga minyak dunia lagi naik. Tapi, apa kalian akan anggap pemerintah hebat juga kalo itu terjadi?
Protes dengan alasan menyuarakan rakyat miskin, pedagang sayur, supir angkutan, atau suara-suara rakyat kecil juga salah sasaran, menurut gue.
Pedagang sayur mana yang kalian wakilkan suaranya? Yang dipasar?
Bentar sob, pernah kenal langsung tukang sayur di pasar? Atau liat langsung kehidupan mereka sehari-hari? Jangan karena mereka dagang di tempat becek dan kotor lu menilai mereka seakan-akan orang ga mampu sob, itu mah meremehkan profesi orang. Banyak tukang sayur yang gue kenal rumahnya bagus, punya motor, mobil, makan cukup, perabotan dirumah juga banyak bahkan lengkap. Dan semalem gue juga baru aja liat ada tukang sayur pinggir jalan loading barangnya pake mobil bagus, bukan mobil bak kumuh. Itu artinya hidup mereka aman-aman aja sob. Kalaupun lu liat atau denger mereka ngeluh soal bbm naik atau dagangan sepi, itu wajar. Yang mereka keluhkan itu biaya usaha mereka, sebagai seorang pedagang atau pengusaha ngeluh kaya gitu biasa. Bukan hal spesial yang harus disuarakan kalian!
Suara supir angkutan mana yang kalian suarakan? Inget nih. Supir angkutan cuma pekerja biasa, pemasukannya tergantung yang gaji. Kalo mereka hidupnya susah karena pemasukannya kecil, itu karena yang gaji mereka kasihnya kecil. Bukan urusan mereka soal harga bbm, karena itu pasti udah ada budgetnya sendiri.
Gimana kalo sistemnya setoran? kan budget bbm diserahkan ke mereka yang narik?
Sama aja, budgetnya ada kok. Mereka aja yang ga gunain bbm secara efektif atau efisien. Bbm mereka terbuang waktu ngetem, atau ngebut kejar setoran. Kalo mereka ga gitu juga aman2 aja tuh bensin. Yang harus dirubah tuh kebiasaan mereka buang-buang bensin. Kalo kalian ingin membantu mereka, jangan koar2 seolah2 menyurakan mereka. Bantu mereka ubah kebiasaan boros bbm!
Yang menyuarakan kaum miskin mana? Coba angkat tangan. Kaum miskin mana yang kalian bela karena harga bbm naik? Yang ga punya kerjaan? Itu pengannguran bukan miskin, bantu mereka dapatkan pekerjaan atau penghasilan.
Yang suka ngemis di jalan? Itu lebih kaya dari karyawan biasa. Kalian yang memperkaya mereka dengan recehan kalian atas nama kemanusiaan. Kalian yang pelihara kemalesan mereka dan mengembangkan hobi “ minta-minta” mereka. Jangan pada bego-bego lah sob, apalagi kalo lu itu statusnya mahasiswa. Pake otaknya buat mikir sob.
Pemerintah dan presiden disalahkan karena menaikan harga bbm. Mereka dianggap tidak mendukung rakyat kecil. Jokowi sebagai presiden terbaru pun secara personal disalahkan karena dianggap membohongi rakyat, tukang tipu, dan berbagai tuduhan lainnya yang bikin media sosial makin seru. Dan ada juga yang masih belum move on membandingkan jokowi dengan prabowo karena kasus ini.
Menurut gue pribadi sih masih terlalu cepat untuk membuat kesimpulan ataupun menyalahkan. Toh baru sebulan pemerintahan baru kita bekerja. Masih penyesuaian untuk pembangunan yang mereka canangkan. Masih lumrah untuk periode penggantian kepemimpinan dimanapun. Negara ini masih normal sob, tenang aja. Di negara lain pun ada gejolak di setiap periode pergantian pemerintahan, karena tiap pemimpin punya karakter yang beda. Oh iya, membandingkan dengan capres yang tidak terpilih atau capres lain, cuma akan memperburuk suasana. Tolong dong para fan-boy jokowi atau prabowo, kalian jangan membumbui keadaaan sekarang dengan drama baru yang judulnya “kalo” atau “jika” atau “andai”. It doesn’t help !
Kalo boleh ngutip dari presiden baru kita, gue mau menyarankan rakyat buat “revolusi mental”.
Jangan cuma ngeluh, kita harus bisa berubah juga.
Jadi power ranger!!
Ciaao!!